2

November rain, but it’s over now…

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku…

Kusadari, berusaha terlalu keras melupakan seseorang ternyata sungguh tak mudah.

Sekarang, kutuliskan semua rasa ini, inginku hanyalah bergerak maju,melupakan dan membiarkan hujan menghapus smua jejakmu.


Inilah yang selama ini ingin kutulis, bahkan sejak bulan Mei kemarin.

Ketika aku hampir menangis di tempat umum karna sms mu.

Ah, selemah itukah aku?

Ya, mungkin memang aku selemah itu menghadapimu.

Bahkan ketika ku tau, dengan pasti, bahwa itu hanyalah cinta semu belaka, yang belum pantas tuk diperjuangkan.

Bagaimanapun, aku meyakini bahwa jika seorang lelaki mencintai seorang wanita, maka dia akan memuliakannya dengan cara menikahinya, bukan sekedar pacaran atau berbagai hubungan tanpa ikatan lainnya.

Aku menghitung mundur, menunggu bulan November tiba, menunggu kebahagiaanmu tiba, menunggu waktu untuk akhirnya melepasmu, sebelum sempat memilikimu.

Kau tau, selama ini kita hidup dalam dunia kebohongan. Entah berapa banyak kebohongan yang kita ciptakan dan membuat kita terjebak di dalamnya. Kebohongan tak kan pernah membuat kita bahagia, meskipun kita memaksa diri tuk bahagia.

Berbagai alasan diutarakan, bagiku itu hanya pembenaran, excuse atas segala kesalahan dan kebohongan yang ada.

Kebohongan demi kebohongan, yang kemudian berujung menduanya hati, membuat smua hati yang terlibat terluka dalam.

Hari itu kulepaskan kau dari hatiku, bukan pada saat kau memilih orang lain, tapi setelah sujud panjangku di tengah malam memohon ampun darinya.

Aku tak pernah ingin jadi korban, aku hanya ingin intropeksi diri dan menjadikan ini semua pembelajaranku.

Aku mengindahkan sekalipun aku tau sangat beresiko membiarkan virus merah jambu mampir di hatiku ketika belum ada ikatan pasti..

Kita selalu punya prinsip yang berbeda. Bagiku, aku tak ingin mempertahankan seseorang yang tak ingin bertahan. aku tak pernah ingin memberi harapan, membuat orang terbang tinggi lalu menghempaskannya.

Tapi, bagimu, aku terlalu dingin dengan sikapku.

Aku ingin memperjuangkan dan mempertahankan orang yang kunikahi, bukan orang yang  hanya mencoba bermain ketidakpastian bersamaku.

Jika aku menyukai sesuatu,aku ingin melepasnya saja. Jika dia kembali, maka aku yakin dia milikku, tapi jika tidak, maka aku pun tak kan sakit hati.

Mungkin terdengar sangat pesimis, tapi terkadang ada hal yang di dalamnya kita harus berkompromi dengan semua yang pasti-pasti saja, bukan berkubang dalam ketidakpastian yang dapat menjerumuskan ke dalam kehinaan dan penyesalan….

 

It will be november rain.but i try to not cry anymore for someone that didn’t deserve.

Suatu saat aku berharap aku bisa berdoa dan tersenyum tulus untukmu, untuk kalian..

Maaf..

 

 

4

ketika penat dan lelah mengadakan reuni…

ah,,,setelah melalui seminggu yang padat jadwal,,rasanya tak sabar untuk melabuhkan lelah ini. Tapi, entah kapan saat itu tiba.

Mungkin sampai awal tahun depan akan terus begini.

Ya,,semua mungkin sama-sama capek, tapi, bisakah mengijinkan saya beristirahat sejenak?
Tak hanya sekedar tidur atau merebahkan tubuh ini di atas kasur, tapi, benar-benar beristirahat.

Saya tau semua juga lelah, semua juga capek, tapi saat ini saya menyadari bahwa “batas” saya sudah hampir habis. Tangki persediaan energi saya sudah menipis,  sebentar lagi air mata ini menetes karna merasakan ruhiyah yg kembali kerontang.

saya rindu majelis ilmu itu…

saya rindu dengan kompetisi hapalan dan amalan yang dimuhasabahi tiap pekan.

Bukan hanya laporan-laporan itu yang meminta untuk dimonitor, tapi hati ini juga butuh ditilik, ditengok kebersihannya. karna saya tau, dan semua yang ada di sini tau, bahwa lingkungan ini tidak sebersih yang diharapkan, bahwa hati ini perlu perlindungan ekstra dibandingkan yang dulu.

ketika saya berani menengok, saya rasanya ingin menunduk sangat dalam dihadapanNya karna amalan saya yang semakin compang camping. Saya belum siap ketika membayangkan malaikat maut yang akan menjemput. Jujur, saya malu….

Tuhan, Allah ku yang Maha Penyayang, Ya Robbana, kuatkan hamba di jalan ini… hamba tak ingin menyesali pilihan ini, ketika hamba yakin dan slalu yakin, bahwa setelah kesulitan ada kemudahan, sungguh setelah kesulitan ada kemudahan…

Kuatkan hamba, sungguh hamba tau bahwa Engkau tak kan memberi beban lebih berat daripada yg bisa hamba pikul.

Saya sadar telah banyak momen yang terlewat oleh semua kesibukan ini, berapa banyak silaturahim yang tertunda terus, tapi saya sungguh tak ingin seperti ini.