2

apakah yang anda pikirkan?

hampir 25 tahun sudah saya di dunia ini. saya telah bertemu cukup banyak orang, bermacam karakter. di mana saja saya bertemu, kami saling menilai, ada yang terungkap, ada yang tidak dan hanya tersimpan di hati.

begitu sering saya menanyakan kesan pertama teman-teman saya saat mereka bertemu saya pertama kali. walaupun saya hapal mati dengan jawaban mereka yang senada. JUTEK. cemberut melulu. mungkin itu juga salah satunya.

Wah, rasanya agak susah mengubah kesan ini. betapapun saya ingin tersenyum, mungkin bahkan saya sudah tersenyum, tetap saja kesan jutek itu agak susah menghilang. salah satunya sih mungkin karena bawaan muka saya kali ya yang hampir slalu kliatan serius, mikir, trus bawaannya jutek.

Terkadang saya takut dengan pendapat orang lain. bukankah wajar kita ingin memberi kesan yang baik? Karena mungkin pertemuan itu begitu singkat dan saya tak ingin menyesal ketika perpisahan itu datang, yang saya tinggalkan hanyalah kesan buruk.

Tapi terkadang lucu, menarik, bahkan jadi sesuatu yang menyenangkan  juga ketika mendengar berbagai pendapat teman yang tidak kita sangka sama sekali. heran juga, apakah itu bisa dinilai dari pertemuan pertama, karna apa yang diungkapkan begitu mendetail. 

Ijinkan saya tau apa yang anda, kalian, teman-temanku pikirkan ketika kita pertama kali bertemu….

mari berbagi, smoga bisa menjadi proses pembelajaran dan evaluasi….

jelang 25 tahun…..refleksi 1/4 abadku….

0

addicted…

ini tulisan saya untuk kalian, untukmu…

sepi itu datang.

Ketika saya tau saya ditinggalkan.

Sendiri hari ini.

terlalu sering jalan bersama membuat saya bergantung pada kalian.

mungkinkah rasa ini berlebihan?

mungkin ya, mungkin juga tidak.

Addicted…

ketergantungan kepada kalian, kepadamu.

padahal saya tau tak baik seperti ini.

toh pada akhirnya saya akan sendirian.

tapi ditinggalkan rasanya seperti berada di kegelapan yang tidak saya sukai.

saya merasa tersesat. tak bisa melihat apapun, ketakutan (mungkin karna itu saya tak suka masuk ke bioskop saat lampu telah dimatikan).

saya mencari genggaman tangan itu, yang begitu menguatkan dan hangat, bahkan terkadang panas.

saya senang bersandar karna merasa nyaman dengan itu.

 saya tau ini tak benar, ketika saya mulai berharap. harapan kecil yang menjadikan saya menantikan hari-hari bersama.

saya tau ini tak benar ketika mulai tergantung dengan makhluk yang slalu punya kesempatan untuk membuat kecewa. saya takut kecewa. saya terlalu sering kecewa karna harapan yang hampa.

saya mulai cemburu dengan kehidupan lain kalian, kehidupanmu, di luar lingkaran kita.

untuk apa dulu ada pertanyaan apakah saya terganggu dengan foto itu. apa sekedar menguji rasa yang ada?

dalam hitungan hari, kau mengubah semua persepsi sesuai inginmu. kembali kepada yang kau inginkan.

semua cerita mengalir. Lalu kenapa tak terdengar langsung dari sumbernya? kenapa harus dari orang lain? sempat berpikir kau takut berbicara langsung padaku. apakah saya hanya GR saja?

Kini, rindu datang, merindukan kalian(mu) di tengah sepi ini.

ah, mungkin sebaiknya sendiri saja, agar tak selalu dapatkan sakit dan kecewa.

atau mungkin mulai mati rasa saja….

Quote
1

jangan katakan “aku cinta padamu” bila kau tidak benar-benar peduli.

jangan bicarakan soal perasaan-perasaan bila itu tidak benar-benar ada.

jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hati.

jangan menatap ke dalam mata bila apa yang kau kerjakan cuma berbohong.

hal terkejam yang bisa dilakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta, padahal kau tidak berniat sama sekali tuk menerimanya saat dia terjatuh.

(dikutip dari buku Burhan Shodiq).

ini, catatan kecil tentang cinta. entah mengapa berulang kali membaca pun tak kunjung datang bosan saya…

0

ini tentang “peduli”

Peduli…

Apa itu makna peduli?

Peduli bagi saya sama saja dengan menunjukkan perhatian pada suatu hal. Concern with something.

♥ Film ga sesuai umur. Ide untuk menulis ini terbetik ketika saya akan menonton Harry Potter and Deathly Hallow. Kursi penonton di belakang saya penuh dengan anak-anak tanggung (soalnya menurut saya mereka masih belum cocok juga disebut remaja). Teman saya waktu itu langsung protes, karna menurutnya film ini seharusnya bukan untuk anak-anak (Ini karna dia sudah menonton film ini sebelumnya). Yah, rating film ini memang REMAJA, tapi setelah saya menonton sendiri, saya setuju dengan pendapat teman saya itu. Film ini memang bukan untuk remaja.  Memang, jika kita mengikuti perkembangan Harry Potter  dari seri pertamanya, kita akan mendapati bahwa ini memang cocok untuk remaja, bahkan mungkin untuk anak-anak (dengan beberapa bagian yang perlu pendampingan dari orangtua). Tapi, seiring dengan perkembangan serial ini, Harry Potter dan teman-temannya pun semakin dewasa, dan ada hal-hal yang mereka lakukan di film itu yang tidak untuk konsumsi remaja kita.

Lalu yang menjadi pertanyaan, kenapa pihak bioskop tidak melarang mereka? Saya teringat ketika dua minggu lalu menonton di tempat yang sama, mbak-mbak penjual tiketnya menolak permintaan 2 orang remaja yang ingin membeli tiket sebuah film (kebetulan saya tidak mendengar judul film yang mau ditonton itu), dengan alasan bahwa film ini untuk penonton dewasa. Jujur waktu itu saya salut dengan peraturan yang diterapkan oleh bioskop ini. Tapi, kenapa sekarang tidak diterapkan kembali?

Apa karna ini film Harry Potter? Saya tidak mau berprasangka dan menuduh bahwa mereka hanya peduli pada keuntungan penjualan tiket dari film box office, tapi, apa mereka tidak peduli lagi?

Saya  malah jadi bertanya-tanya lebih jauh, siapa sih yang berwenang menentukan rating film ini?

Belum lama ini saya kembali menonton film. Burlesque. Dan saya dibuat shock ketika banyak sekali anak kecil yang ada di bioskop itu. Saya sempat berpikir apa saya salah masuk  studio ya.

Paham sih kalau itu hari libur dan mungkin orangtua anak-anak itu udah kepengen banget nonton ni film, dan mungkin juga mereka menganggap anak-anak mereka belum mengerti jadi gak apa-apa kalau mau diajak. Tapi….tetap aja kan? Bagi saya itu hal besar (padahal bukan anak saya juga.haha)

Anyway, itu hanya salah satu contoh ketidakpedulian yang terjadi  di sekitar kita. Mungkin itu hanya pemandangan yang sering kita saksikan dan juga bagian dari ketidakpedulian kita.

Masyarakat yang makin individualis jujur terkadang membuat saya muak dengan dunia ini. Saya pun tidak munafik dan mengakui bahwa saya terkadang menjadi sangat individualis dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

♣ Basement = parkiran + mushola. Salah 1 bentuk kepedulian lain.  Yang saya cari ketika berkunjung ke arena publik saya mencari mushola dan toiletnya.  Setiap saya melihat mushola yang ditempatkan di basement, saya ragu kalau penduduk Indonesia ini mayoritas beragama Islam. Kenapa sih mushola ditempatkan di area parkir? Masih mending kalau tempatnya besar, rapi dan memadai. Tapi, lebih seringnya saya menjumpai ruangan kecil seadanya dengan tempat wudhu yang juga seadanya (jangan harap tempat wudhu cwok ma cweknya pisah deh). Tidak saja di mall atau area publik lain seperti rumah sakit atau hotel. Di kantor klien yang dulu saya datangi pun seperti itu. Ada sih yang menyediakan tempat khusus untuk shalat, tapi tidak jarang saya memilih wudhu di kamar mandi dan shalat di ruangan audit saya daripada di mushola sangat sederhana sekalinya itu atau di masjid nun jauh di sana karna di kantor itu tidak ada musholanya.

Yang bikin saya paling gemes mungkin di area mall. Kan banyak banget orang yang berkunjung ke sana, belum lagi karyawan-karyawan toko di mall tersebut yang muslim, tapi kenapa sedikit sekali saya menemukan mushola yang layak?

Seringnya mushola yang nyaman itu saya temukan di mall yang memang eksklusif (toko-tokonya emang brand besar). Tapi, masa iya disuruh maen ke sana terus? Bangkrut donk.haha…

Ini list mall yang mushola nya udah pernah saya coba dan nyaman menurut saya:

  1. Plaza Indonesia. Antara ikhwan (cowok) dan akhwat (cewek) nya dipisah. Tempat wudhunya juga terlindungi, ga kelihatan dari luar. Walaupun kecil, tapi nyaman.
  2. Pasaraya Grande. Tempat wudhunya juga terpisah nih. Tempatnya lumayan luas, makanya pas ramadhan sering dipake buat tarawih. Ada toilet juga, buat saya ini fasilitas plus. Hehe..
  3. Gandaria City. Ini tempat fave saya akhir-akhir ini.
  4. Pondok Indah Mall.
  5. Grand Indonesia. Mushola nya oke, petugasnya ramah. Tapi sayang tempat wudhu buat cewek walaupun tertutup tirai tapi masih bisa kelihatan dari luar.
  6. Blok M Square. Masjidnya di atap. Gede, lumayan enak, tapi panas juga nih kalau siang bolong.hehe..
  7. Pasific Place. Ini sih baru kata teman saya. Saya sendiri belum membuktikan. Kapan-kapan deh ya..

Kayaknya emang masih sedikit mall yang saya kunjungi yang punya fasilitas mushola yang nyaman di Jakarta. Kalau di Semarang sendiri (belum termasuk Paragon), belum ada tuh mushola di mall yang nyaman. Kemarin main ke mall di Solo, lagi-lagi ketemu mushola yang di parkiran. Kecil dan sempit.

Kalau buat perusahaan ada Corporate Social Responsibility (CSR). Apa menyediakan tempat ibadah seperti mushola di pertokoan itu termasuk CSR bagi pengusaha pertokoan?haha…

Banyak ketidakpedulian lain…

  • Jumlah tempat sampah di ruang publik pun bisa jadi potret kepedulian.  Bagaimana bisa membudayakan membuang sampah pada tempatnya jika tempat sampah menjadi barang langka? Walaupun jika kita tidak menemukan tempat sampah, ini bukan excuse  kita membuang sampah sembarangan.
  • Ada berapa banyak ruang khusus untuk merokok di tempat publik? Ketika banyak perokok yang tak kunjung punya kepedulian dan kesadaran untuk tidak merokok di tempat publik. Ada tempat khusus saja mereka masih merokok di sembarang tempat. Kapan ya dunia ini bebas asap rokok?

 Ketika ketidakpedulian menyergap, membiarkan asap pembunuh itu masuk ke paru-paru bayi dan anak-anak tak berdosa yang berada di sekitar.

  • Ada berapa banyak tindak korupsi yang terjadi ketika tidak ada yang peduli lagi tentang uang negara, tentang uang rakyat. Tentang berapa banyak rakyat yang bekerja mati-matian tapi masih mendapat pelayanan yang tak sepantasnya.
  • Pedulikah terhadap makanan, pakaian, uang yang kita pergunakan? Halal kah? Haramkah?

 

Banyak hal-hal kecil yang sebenarnya menunjukkan kepedulian seseorang terhadap lingkungannya.

 

Mari mulai peduli….

 

 

0

refleksi Februari, refleksi 1/4 abad…

Dulu ini bulan yang saya nantikan..♥

Ya, duluuuu…..

karna di bulan ini, hampir 25 tahun yang lalu saya pertama kali melihat dunia.

Kabar pertama kali yang saya dapat pagi hari pertama bulan ini adalah kabar ayah saya yang harus opname dan operasi karna batu empedu. Alhamdulillah kemarin operasinya sukses.. ^ ^ ♥♥

25 tahun….

kalau ditanya apa kesan saya, saya akan mengatakan masih banyak yang belum saya lakukan, masih banyak yang belum saya capai.

saya dulu punya banyak impian, sekarang pun masih, tapi entah kenapa, sedikit demi sedikit mulai berkurang. Mungkin karna lebih realistis dalam menetapkan target, tapi mungkin juga karna terlalu banyak excuse yang saya jadikan alasan menurunkan target.

Tahun ini saya mulai menuliskan kembali impian saya satu persatu.

Merangkainya dalam buku agenda saya.

Sedikit saja, yah mungkin saya terlalu pesimis.

Saya ingin menata hidup saya lagi.

Mungkin orang akan berkomentar, emang hidup saya kenapa kok sampai saya ingin menata hidup lagi? Perasaan yang saya alami tidak ada yang terlalu berat.

Tapi, saya merasakan hidup saya 2 tahun ini lebih berantakan, atau setidaknya lebih tidak teratur. Terutama kalau dilihat dari hubungan saya dengan Tuhan. Saya merasa semakin jauh akhir-akhir ini.

Lagi-lagi ingatan saya menerawang jauh sesaat saat saya menulis ini.

Part 1

Ingatan jauh di masa lalu, ketika saya masih sangat muda (berasa nih kalo sekarang udah tua banget..haha).

Saya punya impian menikah muda dan jadi ibu rumah tangga. Gara-garanya dulu habis baca buku NPSP nya Salim A. Fillah. Sederhana saja, saya ingin menyempurnakan separuh agama saya dan menjaga diri saya dari maksiat. Tapi, rupanya Allah belum mengizinkan, karna mungkin ketidakdewasaan yang masih kental dalam tingkah laku saya. Ntar bisa-bisa jatuhnya malah terburu-buru, bukannya menyegerakan.

Jadi ibu rumah tangga terlalu sederhana tampaknya, banyak yang berpikir kenapa saya harus sekolah tinggi-tinggi kalau pada akhirnya jadi ibu rumah tangga? Saya paling gemas kalau ada yang bilang seperti itu. Ibu rumah tangga itu profesi yang paling membanggakan buat saya. itu bukan profesi yang harus dimarjinalkan. kenapa masih banyak  ibu rumah tangga yang kalau ditanya pekerjaannya, dia akan berkata “HANYA ibu rumah tangga”. Ibu rumah tangga itu profesi hebat lho, kalau si ibu nya sendiri ga bangga, gimana anak-anaknya mau bangga?

Ibu rumah tangga menurut saya profesi serba bisa. Ini khusus untuk perempuan-perempuan yang benar-benar turun mengurus keluarganya yaaaa, bukan sekedar menyerahkan semua urusan kepada pembantu.

Ibu rumah tangga tuh harus pintar, cerdas, berwawasan luas. Syarat-syarat Puteri Indonesia “Brain, Beauty, Behavior” tuh ada di sosok ibu rumah tangga..

  1. Brain: Ibu Rumah tangga tuh harus pinter donk. karna dialah pendidik pertama bagi anak-anaknya. Dia juga bertindak sebagai manajer keuangan dan tak lupa ahli gizi bagi keluarganya. Makanya ibu RT harus selalu update sama perkembangan terbaru terutama tentang 3 hal di atas. Misal nih, sebagai pendidik saja, untuk melindungi anak-anaknya dari pengaruh internet tidak sehat, maka dia harus tau bagaimana berinternet yang sehat dan menjelaskan hal tsb kpd anak-anaknya. Bagaimana sikap seorang ibu terhadap tayangan TV yang juga semakin amburadul, bagaimana menyiasatinya dan memberi alternatif yang kreatif untuk anak-anaknya.
  2. Behavior: Ibu adalah teladan yang pertama dicontoh oleh anaknya, maka dia harus bertingkah laku yang baik. bahwa seorang anak perlu contoh, bukan hanya sekedar nasehat..
  3. Beauty, the last but not the least: Seringkali seorang ibu terlalu memperhatikan keluarganya sampai-sampai melupakan penampilannya sendiri. Untuk tampil cantik, tidak harus selalu memakai baju baru ataupun pergi ke salon setiap minggu. Bukankah ada hak suami juga dalam penampilan istrinya? Suami mana sih yang tidak senang mendapati istrinya rapi, wangi, dan kinclong ketika seharian dia di kantor.

 

Hm, jadi ngomongin ibu rumah tangga nih.. Terbawa suasana ke impian masa lalu..

#eaaa…

Part 1 cukup sampai di sini, ntar disambung lagi.hehe..